Sunday, November 30, 2003

DarahNya Masih Basah

Untuk kesekian kalinya
kupandangi figur itu
Terkulai tanpa nyawa
Menghias salib yang gagah


Entah mengapa aku bertanya
Kenapa selalu saja
DarahNya masih basah…


-end of Nov 03-

Saturday, November 15, 2003

KasihMu Tuhan


KasihMu Tuhan,
Adalah kasih yang terindah yang pernah kujumpai
KasihMu Tuhan,
Adalah kasih terbaik yang pernah kualami
KasihMu Tuhan,
Adalah kasih kesetiaan yang tak pernah membiarkanku sendirian
KasihMu Tuhan,
Senantiasa melingkupiku dan merengkuhku
KasihMu Tuhan,
Senantiasa menumbuhkan harapanku
KasihMu Tuhan,
Membuat aku mampu bertahan
KasihMu Tuhan,
Tak pernah melupakanku
KasihMu Tuhan,
Adalah kasih yang takkan terbalas
KasihMu Tuhan,
Menghiasi nafas hidupku
KasihMu Tuhan,
Tinggallah di dalamku
KasihMu Tuhan,
Menguatkanku
KasihMu Tuhan,
Melebihi batas pengertianku
KasihMu Tuhan,
Menghantarku menghadapMu
KasihMu Tuhan,
Takkan pernah selesai kutulis


Nov 15th, 2003

Monday, October 20, 2003

It Dripped


It dripped from Heaven
But not of a rain
Nor either tears
It was love

‘Tis still dripping
From the cross
Slowly flown
Among two candles

It dripped on my head
Down it goes to my heart
Wet and yet warm
Sweet and so calm

It dripped faster
It sprang me over

God,…
Your love is to…
It drawn me gone

Oct 20th, 2003

Thursday, October 2, 2003

Kejar-kejaran dengan Kanak-Kanak Yesus


Ah, tawaMu itu menggodaku
“Ayo kita main, kejarlah Aku!!!”
Dan Engkau pun mulai berlari
aku bangkit dan mengejarMu

kukejar sampai ke puncak gunung
kukejar sampai ke dasar laut
kucoba gapai punggungMu
kucoba raih jubahMu

Ah, tak sampai
kukerahkan tenagaku
kupercepat derap tapakku
kucoba mengejarMu

Belum kena juga!
Deras peluh kubiarkan
Nafas memburu tersengal-sengal
Langkah-langkah makin berat

Namun entah kenapa
Masih kuikuti permainanMu
aku lelah habis akal
Sampai kapan Kau berlari?

Ah, Kau menoleh melihatku
Tersenyum manis dan nakal
Lantas tertawa riang
Dan Kau berlari lagi

Cekakak-cekikikMu terus menggoda
Membuat aku tak sanggup berhenti
Siang malam aku mengejarMu
Berusaha agar dapat menangkapMu

Tuhan,
Berhentilah berlari
aku payah mengejarMu
Kau terlalu cepat untukku

Berhentilah Tuhan
Sebelum aku tertinggal jauh
Jangan sampai kiranya
Engkau hilang dari pandangku

Tuhan, Kau berhenti dan tertawa
Lalu kembali berlari
Makin cepat lagi
Aku tak mengerti…

Oct 2nd, 2003

Sunday, August 31, 2003

Cawan Hidup


Kau sodorkan cawan kosong padaku
untuk kubawa dalam nafas hidupku
Aku memandangnya dengan saksama
ketika Engkau mengisi cawan itu

Aku lahir menggenggam cawan
Empedu yang membuatku menangis
Meski cawan itu tak penuh
aku harus meminumnya

Satu dua teguk aku mencoba
masih bisa kutahan pahitnya
Tiga empat teguk aku bersabar
berusaha untuk tidak menolak

Makin banyak hari kulalui
makin terasa pahit di mulutku
Tegukan-tegukan berikutnya
aku mulai berontak melawan

Namun semakin jauh aku berlari
semakin dekat cawan itu padaku
sampai aku tak kuasa lagi
menghindari isi cawan itu

Tuhan, beri aku kekuatan
untuk bisa meminum cawan hidupku
Menelan rasa pahit isinya
sampai terlihat titik dasarnya

Tuhan, beri aku kesetiaan
untuk bisa bertahan terus
Mereguk sedalam-dalamnya
sampai habis tak tersisa

Supaya ketika aku kembali padaMu
cawan itu dalam keadaan kosong
Bersih tak bernoda setetespun
Kering tak berbekas sedikitpun

dan pada saat kutersungkur di hadapanMu
Engkau berkenan mengisi cawan kosongku
dengan air anggur cinta kasihMu
sampai penuh dan meluap ke tepinya

Aug 31st, 2003

Sunday, August 24, 2003

Teman dalam Persembunyian


Kanak-Kanak Yesus,
Masa kecilMu Kau habiskan dalam persembunyian
Begitu pandai Kau sembunyikan diriMu
Sampai aku tak tahu banyak tentang masa itu
Sungguh dalam rahasia yang Kau pendam
Hingga hanya dua orang yang tahu pasti
Segala kejadian dalam hidup mudaMu.

Kanak-Kanak Yesus,
Tentu Engkau merasa kesepian dalam persembunyianMu
Mungkin Kau takut mengganggu Bunda Maria
Jadi Kau bermain saja sendirian
Mungkin Kau tak mau merepotkan Bapa Yosef
Maka Kau belajar bekerja diam-diam
Hati Kudus Kanak-KanakMu begitu lembut dan patuh
Kau biarkan diriMu kesepian dalam persembunyian
{Kanak-Kanak Yesus,
Ternyata bukan hanya pada masa lampau Engkau bersembunyi
Sekarangpun masih juga demikian
Di dalam Tabernakel, Engkau bersembunyi
Dan mungkin pula tetap kesepian}
Kanak-Kanak Yesus,
Dengan rela kupersembahkan kebebasanku
Supaya aku dapat menemani Engkau
Aku mau menjadi teman kecilMu
Bawalah aku ke tempat persembunyianMu
Agar aku dapat hidup bersamaMu saja

Aku mau menyediakan jiwaku untuk setiap perkataanMu
Aku akan memberikan ragaku untuk bermain dan bekerja bersamaMu
Aku akan mendekapMu bilamana Kau menangis
Aku akan menciumiMu bilamana Kau merasa kesepian dan tak dicintai

Kanak-Kanak Yesus, ajaklah aku masuk dalam persembunyianMu
Jika aku dapat menemaniMu, aku berharap bahagia bersamaMu
Yesusku yang manis,
Jadikanlah aku teman dalam persembunyianMu

Aug 24th, 2003

Dua Orang di Atas Perahu


Hai, senang betul hatiku!
Guru membawaku melaut
Sejuk terpaan angin lepas
Segar cipratan air alam
Elok pandangan surya petang
Sungguh girang benar rasaku
Hai…siapa sangka petaka?
Perahuku guncang kencang
Layarku tak kuat menahan
Bidukku tergenang air
Ombak bertambah garang
Gelombang makin ganas
Guru, dimanakah Engkau?

......................
Astaga, bisa-bisanya Kau tidur
Tak pedulikah bila aku binasa?
Guru...!!! Guru..!!! Ayo bangun, Guru!!!
Kau harus berbuat sesuatu
Aku mau meraup kebahagiaanku
Aku tak mau mati konyol
Aku hendak menikmati hidupku
Guru, ayo bangun!!!
Kau harus selamatkan perahu ini!
Kau harus selamatkan hidupku!
Aku jalani perahu ini susah payah
Aku bangun dengan jerih keringatku
Aku menangkan dalam adu kompetisi
Sekarang jangan Kau biarkan hancur
Guru…ayo bangun!!!
Kemewahanku pada perahu ini
Kegagahanku pada biduk ini
Kekayaanku pada kapal ini
Kalau semua hancur lebur
Bagaimana aku bisa hidup bahagia?
Guru….ayo bangun, Guru!!!




Ah, datang pula waktuku
Menyeberang danau bersama Guru
Hembusan semilir memuji Tuhan
Percikan air meluhurkan Tuhan
Cakrawala senja mengagungkan Tuhan
Segenapku menyembah pada Tuhan
Ah, gerangan bahayakah itu?
Biduk ini begitu lemah
Layarnya tercabik gelora
Akupun terhempas gemetar
Taufan menerpa menderu
Badai gemuruh menerjang
Guru, dimanakah Engkau?

..................................
Astaga, Kau tidur di buritanku?
Pulaskah Engkau pada tilamku?
Bisa sungguh lelapkah Engkau?
Ingin kubangunkan diriMu
Namun tak sampai hatiku menggapai
Aku tahu Engkau sangat lelah
Aku tahu Kau ingin istirahat sejenak
Ah, Guru, tidurlah!
Aku yakin Kau akan terbangun
Bila memang sudah saatnya nanti
Kau akan redakan semua ini
Kalau memang aku harus binasa
Biarlah terjadi demikian
Hidupku ada dalam tanganMu
Aku binasa dengan Engkau di dalamku
Tentu aku bahagia bersamaMu
Kini, tidurlah, Guru…
Aku percaya padaMu
Biarlah petaka ini menghajarku
Aku tahu Kau pasti bangun

Bila tiba saatnya nanti

Aug 24th, 2003

Tuesday, July 29, 2003

Menyusut

Berapa waktu dalam hidupku
Kukenangkan untuk mengingat
Segala kebaikanMu padaku

Berapa hari dalam waktuku
Kugunakan untuk sekedar tahu
Bahwa Engkau itu ada

Berapa jam dalam hariku
Kuluangkan untuk menyadari
Kalau Engkau itu bersamaku

Berapa menit dalam kebersamaan itu
Kuberikan untuk menjumpai
Engkau dalam hatiku

Berapa detik dalam menit itu
Kukosongkan untuk bisa berdoa
Walau hanya celoteh belaka

Berapa saat dalam doaku
Kupahami dan kuhayati benar
Setiap ucapanku kepadaMu

Berapa lama dalam pemahamanku 
Kuyakini sungguh-sungguh 
Bahwa Engkau itu Allahku 

Jul 29th, 2003

Monday, July 28, 2003

Lamunan Seorang Rubiah


Hari ini aku tersenyum
Kusapa indahnya alam
Yang menerobos takut-takut
Dari sela kisi klausuraku

Hari ini aku tersenyum
Tapi cepat pula kusadari
Semua bisa berubah
Besok mungkin aku murung

Termenung dalam keraguan
Termangu dalam kebosanan
Terpaku dalam kesepian
Terlunta dalam kesedihan

Tawa riang renyah meriah
Tak kan lagi bisa terlepas
Keluar dari mulut kecil ini
Riuh cekakak kini berganti
Terpekur dalam teguran sunyi

Dulu aku bak seorang puteri
Berani tampil seorang diri
Semerdu layaknya Serafim
Kukidungkan madah klasik religi
Dengan segala iringan simfoni
Kukembalikan abad jaya Gerejawi

Kini semua harus berganti
Walau masih kidung pertengahan
Tapi tak ada lagi kemegahan
Yang ada hanya lantunan perlahan
Syahdu mengalun dalam kekhusyukan
Sederhana saja -Gregorian-

Takkan lagi kubisa
Manjakan jiwa raga
Plesiran kerlap-kerlip
Merona sekujur muda
Cantikku mengundang mata
Centilku menarik hati
Kini gemerlap berganti
Polos tanpa polesan
Asli tanpa tipuan
Semua yang muncul di tepi jubah ini
Tampil apa adanya mereka

Mataku ini, ya dan mataku ini
Tak kan lagi jelalatan sana-sini
Melirik wajah-wajah tampan perkasa
Memandang pesona buatan manusia
Terlanjur sudah aku terpaut padaNya
Sukar kutinggalkan begitu saja
Keindahan tak terungkap kata
Mengalahkan kemutakhiran bumi

Nafsu-nafsu badani tak akan lagi
Mengunjukkan kebolehannya beraksi
Keras berlari kasar memberingas
Berontak menyeruak
Liar tanpa kendali
Semuanya itu telah terkekang aturan suci

Mulutku dibungkam keheningan
Tanganku dibelenggu pekerjaan
Perutku diisi kehambaran
Kakiku diikat kesetiaan
Waktuku disekap keteraturan
Pikiranku dibatasi kesucian
Kehendakku dikunci kemiskinan
Kebebasanku dirantai ketaatan
Jiwaku dibungkus kepasrahan
Cintaku disekap kemurnian

Silentium, doa, kerja, matiraga, laku tapa
demikianlah keadaanku sehari-hari
Menyesalkah aku dulu memilih ini?
Tak tahu.
Kata “sesal” itu belum kurasakan
Bahkan hari ini aku tersenyum
Bahagia…walau aku tahu 

Besok mungkin menjadi lain
Tapi kan kucoba untuk tersenyum
Setidaknya hingga hari ini berlalu

-28 Jul 03-

Sunday, June 15, 2003

Anon


Terpekur aku memandang wajahMu
Hilang sudah seluruh hidupku
Habis terbakar dalam cintaMu
Bak emas yang jadi abu

Sia-sia kucari Engkau
Hampa dalam masa lampau
Musnah sudah kilang kemilau
Kini mataku terbuta silau

Engkaulah Sang Kemuliaan
Di Tahta berhias kejayaan
Tegap berdiri di atas kemegahan
Menginjak segala kehancuran

Engkaukah melampaui Raja?
Dia yang berhulubalang semesta
Penakluk segala petaka
Penguasa detak masa

Dan di depanMu aku terpaku
Lama nian aku menunggu
Kini Kau hampiri aku
Ulurkan tanganMu padaku

Biarkan kusambut cintaMu
Bak satu-satunya permataku
Takkan kulepas genggamanku
Wahai cinta sejatiku



Jun 15th, 2003

Sunday, April 20, 2003

Minggu Paskah


Soraklah hai langit
Soraklah hai bumi
Tuhan bangkit
Tuhan meraja

Pekiklah fajar
Mainkan cahaya terikmu
Bergelegarlah cakrawala
Riuhkan gemuruhmu

Iringi Tuhan kita berkuasa
Pujilah dan gembiralah
Tuhan menang jaya
Tuhan Sang Raja Agung

Berlarilah Maria
Kubur itu kosong
Teriaklah karena Gurumu
Tak ada lagi di makam itu

Malaikat Surgawi
Nyanyikan madah dan kidungmu
Bunyikan segenap sangkakala dan rebana
Iringi Dia dengan pujian gita

Ya, Tuhanku bangkit
Ya, Tuhanku menang
Ya, Tuhanku Raja
Ya, Tuhanku Jaya

Maut menyerahlah
Padam sudah sulut apimu
Sengat racunmu purna sudah
Mati terinjak kakiNya

Kuasamu tak lagi mempan
Menangislah dan ratapi
Kekalahanmu yang tak tanggung
Sia-sia usahamu!

Bernyanyilah Surga dan bumi
Iringi RajaMu melangkah
Masuk ke hadirat Allah
Dengan langkahNya yang tegap

Kristus jaya! Kristus mulia!
Serukanlah dengan megah
Biar seluruh pelosok memuji
Mulia Allah Putera

-Minggu Paskah-
Apr 20th, 2003

Saturday, April 19, 2003

Di Depan Makam Yesus


Siapa gerangan yang tega
Ambil Guruku tercinta
Aku tlah kehilangan segalanya
Kini harus Dia juga

Demikian kupikir semula
Dengan hati bernestapa
Siapa yang dapat sangka
Ia berada di muka

“Rabuni”
Kemana pergiMu?


-Sabtu Paskah-
Apr 19th, 2003

Wednesday, March 12, 2003

Tobat Si Anak Hilang


PadaMu rinduku ingin berjumpa
Membayang nikmatnya kerahimanMu, Bapa
Dari gelap bayangan dosa
Kau panggil aku menuju cahaya cinta

Korek kasih Kau gores pada HatiMu
Kau dekatkan pada diriku
Maka menyalalah sumbu jiwaku
Api tobat dalam hatiku

Silau api itu terlalu terang
Memberontak inginku pulang
Hawa api itu terlalu panas
Membuat aku merasa cemas

Karena api itu aku menggeliat
Malu karena tak taat
Takut karena jahat
Api itu terus menyesah
Tertimbun aku dalam resah
Kutahu Bapa menunggu di rumah

Tak tertahan aku berdiri
Lari dan memukul diri
Pedih tak terkata di hati
Cinta Bapa telah kukhianati

Pada Bapa penuh cinta
Tak pantas aku berkata
Anggap diri seorang putra
Layaknya aku menghamba

Aku menyerah…
Aku kalah…

Cahaya kerahimanMu
Harapan terakhirku
Dan bila aku tiba kembali
Masihkah ada ampun Kauberi?

Mar 12th, 2003