Monday, December 23, 2002

Sang Ada dan si hampa


Adalah Sang Ada tersebut
Yang Ada berwujud Sang Ada
Sang Ada mengisi hampa
Hampa adalah hampa yang hampa
Hampa yang tak pernah menjadi ada
Hampa yang tetap akan hampa
Hampa tanpa Ada adalah hampa

Hampaku berubah menjadi adaNya
Sang Ada juga tak pernah menjadi hampa
Adalah tetap Sang Ada
Sang Ada menghampa dalam hampa

Hampa adalah ada karena Ada
Sang Ada menjadi isian hampa
Hampa hina yang menghampa dalam kehampaan
Mencapai hampa yang tak jadi hampa
Dan adalah hampa yang ada hampanya

Sang Ada menarik hampa dari hampa
Menuju ada yang bagian dari Ada
ada yang takkan sampai pada Ada
Sang Ada ada bagi hampa nan hampa

Hampa selalu mencari Ada
Ada selalu menghampa
Hampa bertemu hampa yang Ada
Hampa diikat pada Sang Ada

Sang Ada mengikat hampa
Hampa yang menjadi ada
Namun ada tetaplah hampa
Hampa adalah hampa dalam Ada

 


Dec 23rd, 2002

pic:http://www.stbrendansatl.com/wp-content/uploads/2012/08/adoration.jpg

Tuesday, October 22, 2002

BaikMu


BaikMu Tuhan
Mengapa?
Mengapa Engkau begitu baik?

Dalam untaian doaku
Engkau selalu baik
Dalam gubahan karyaku
Engkau juga baik
Dalam senandung sukaku
Engkau amat baik
Dalam ratapan dukaku
Engkau tetap baik

Satu baikMu Tuhan
Mengalahkan ribuan pintaku
BaikMu membangunkan mimpiku
BaikMu membungkam kehendakku

Walau kadang tak kumengerti
Mengapa baikMu menyakiti
Namun baikMu adalah terbaik
Dan akupun terperangah kembali

Berbalik pada baikMu
Yang tak pernah berbalik dariku
Maka akupun juga tak ingin
Menjauh dari baikMu


-pro As3-
Oct 22nd, 2002

Saturday, October 5, 2002

Lingkaran BisikMu


BisikMu Tuhan
Adalah bisik yang berisik
Memberisik dalam gelora kebingaran
Kebingaran yang tak henti mengoceh
Ocehan yang sebenarnya sunyi
Kesunyian yang membising dalam sepi
Kesepian yang terkurung dalam pribadi
Pribadi yang rindu untuk berani
Berani memberontak pada bisikMu

Tapi bisikMu penuh kekuatan
Kekuatan yang mampu membungkam
Membungkam ronyehan celotehku
Celoteh yang akhirnya mendekam di hati
Hati yang tak pernah bisa sembunyi
Sembunyi dari lembutnya bisikMu

BisikMu yang selalu pasti
Pasti membawa aku pergi
Pergi dan menarik diri
Diri yang tak pernah bisa jauh
Jauh dari kerinduan untuk kembali
Kembali menyerah pada bisikMu

BisikMu yang hanya bisa terdengar
Terdengar dalam sebuah pengecualian
Pengecualian dimana aku juga berbisik
Berbisik kepada bisik cintaMu

Bisik cinta yang setia berbisik
Berbisik dalam perburuan
Perburuan yang akhirnya berhenti
Berhenti dalam sebuah bisik
BisikMu Tuhan

Oct 5th, 2002

Sunday, September 15, 2002

Pieta


Langit masih sedikit gelap
Alam raya serentak lelap
Sorak-sorai hilang lenyap
Sedu sedan ditelan senyap

Tanpa kata tanpa suara
Menerima Anak tak bernyawa
Hancur lebur tubuh Sang Putera
Remuk redam hati Ibunda

Desah nafas yang pasrah
Mengiring hati berserah
Duka berpadu dalam darah
Memandang luka yang amat parah

Ecce ancilla Domini
Hamba Tuhan aku ini
Fiat mihi secundum verbum Tuum
Terjadi padaku seturut kataMu

Segenap suara di Surga
Menghatur kidung nestapa
Stabat Mater Dolorosa 

Bagi Ibu yang berduka

Air mata menitik sendu
Pancarkan hati yang amat pilu
Sampai semua diam terkelu
Melihat suasana kelabu

Hati tak bernoda luka
Tertusuk pedang sengsara
Menatap kurban Sang Putera
Mengganti manusia berdosa

Duhai Ibunda yang lara
Dalam duka raya tak bertara
Memangku Buah Hati tercinta
Sebagai silih dosa dunia


-Peringatan Santa Perawan Maria Berdukacita-
15 Sep 02

Saturday, September 14, 2002

Belajar dari Salib



Karena SalibMu, aku belajar mengenal Engkau

Dari SalibMu aku belajar menyadari
Dari SalibMu aku belajar mengakui
Dari SalibMu aku belajar mengampuni
Dari SalibMu aku belajar mengasihi

 

Dalam SalibMu aku belajar kesetiaan
Dalam SalibMu aku belajar keberanian
Dalam SalibMu aku belajar kerelaan
Dalam SalibMu aku belajar ketabahan

 

Melalui SalibMu aku belajar tanggung jawab
Melalui SalibMu aku belajar kerendahan hati
Melalui SalibMu aku belajar menerima
Melalui SalibMu aku belajar memberi

 

Dengan SalibMu aku belajar bertahan
Dengan SalibMu aku belajar bersabar
Dengan SalibMu aku belajar berserah
Dengan SalibMu aku belajar berharap

 

Karena SalibMu, aku belajar mencintai salibku


-Pesta Salib Suci-
Sep 14th, 2002

Sunday, July 7, 2002

14 Perhentian


Digiring Ia ke singgasanaku
Dengung khalayak serentak membeku
Dengan diam Dia berdiri di hadapanku
Sorak-sorai memekak lagi di telingaku
‘sang hakim agung dunia
Tolak keinginan rakyatnya!’
Tak mau hilang harga diri
Terpaksa Ia harus mati
Air mendirus membasuh tanganku
Enggan kutanggung darah Orang itu


‘Manusia harus lahir kembali”
Ketika itu aku tak mengerti
Dan yang lebih tak kupahami
Mengapa ini sampai terjadi
Pernah sekali kucoba membelaNya
Tapi kayu berat tetap dipundakNya
Farisi tersenyum mengolokku
Nikodemus, Dia bukan Rajamu!
Aku menggeleng dengan bebal
Mengapa Dia harus jadi tumbal?


Tersungkur Ia mencium tanah
Cambuk pecut langsung mengarah
Mengais DiriNya bak seonggok sampah
Riuh terdengar teriak serapah
MenyuruhNya mengaku salah
Padahal Paska yang lalu
Kami berbondong lima ribu
Kini yang melihat diriMu
Bertanya-tanya dalam kalbu
Dimana kuasaMu yang dulu?


Ketika Ia berjalan lalu
Sinar mataNya memandangku
Aku hanya bisa membisu
Ingin kupikul salib itu
Biar ringan beban Anakku
Simeon, benarlah katamu
Pedang telah menusuk hatiku
Kudengar algojo kembali berseru
Dengan kasar Ia ditarik dariku
Belum puaskah kau siksa Anakku?


Baru saja aku mulai berangan
Nikmatnya ladang yang menghasilkan
Tiba-tiba aku dihadang
Arakan yang tak enak dipandang
Ingin rasanya aku menolak
Tapi aku tak bisa mengelak
Terpaksa salib itu kuangkat
Alamak, alangkah berat!
Apa sebenarnya salah Orang ini
Sampai ditimpa hukuman begini?


Raut rupaNya tak lagi karuan
Tak ada paras nan tampan
Aku yakin Dia bukan penjahat
Tapi apa yang bisa kubuat
Maka kulepaskan cadarku
Tak peduli kubawa maju
Sampai melekat di Wajah itu
Lalu lumuran kotor kusapu
Entah bagaimana caranya
Kain itu bergambar WajahNya


Tersungkur untuk kedua kali
Terhimpit salib sekali lagi
Andai aku dapat berlari
Sumur Yakub tentu kutuju
Kan kuberi minum dari situ
Sebagaimana layaknya dulu
Tapi perempuan pengecut aku
Entah mengapa aku tak berani
Buru-buru kusingkir diri


Ia masih didera sadis
Melihat nasib teramat tragis
Tak bisa kami menahan diri
Air mata meleleh di pipi
Namun Ia tak pernah hilang cinta
Tentu ingat kan kami berdua
Saudariku sibuk melayaniNya
Aku duduk dengar dikakiNya
Adalah yang harus ditangisi
Dosa diri dan anak kami


Benar-benar sulit kupercaya
Ia sudah tak berdaya
Di tanah aku melihatNya
Cemeti merobek daging darahNya
Bertanya dalam hatiku
Benarkah Ia yang dahulu
Mencelikkan dua butaku
Ahli taurat tersenyum mengejekku
Bartimeus, bukankah Ia tabibmu?
Maka aku menunduk dan berlalu


Rabuni, oh Rabuni
Betapa sedih hati ini
Dulu aku hina diri ternodai
Kau jauhkan dari rajam mati
Teringat kasih yang mengampuni
Mengapa kini Kau alami
Hilang harga dan nilai diri
TubuhMu ditelanjangi
Tinggal bebar bilur nan keji
Menghias sekujurMu dengan ngeri


Dari atas salib sembilu
Aku menunduk dan memilu
Menatap Manusia itu dipaku
Besi-besi diadu berdenting
Pekak jeritNya pecah nyaring
Tak dapat kubayangkan
Betapa nyeri Ia rasakan
Atas kesalahan yang tidak Ia lakukan
‘Tuhan ingatlah akan daku
Bila tiba hari TahtaMu’


Di bawah salib aku berjaga
Langit bumi tampak murka
Gelap meluas dari Golgota
Kulihat tabir bait belah dua
Kulihat pula Ia tak bernyawa
Aku menyerah,
Sungguh Ia Anak Allah
Dari LambungNya keluar air dan darah
Membasuh dosa setiap insan
Mata yang menjadikanNya tontonan
Pulang dengan tangis penyesalan
Satu hal kutahu pasti
Orang benar Ia ini!


Guru, andai dapat kutahu
Yang harus kuperbuat bagiMu
Tapi aku hanya bisa termangu
Di samping tubuhMu yang membiru
Aku tahu Kau kasihi aku 

Demikian aku kasih padaMu
Dipangku oleh duka BundaMu
Sekali lagi aku termangu
Namun kata-kataMu belum utuh
Tentu Kau kan kembali agar janjiMu penuh


Maka inilah perhentian terakhir
Ya Kristus ya Yesus
Setelah semua yang Kau beri
Apa daya kubalas kini
Hanya satu gua yang sepi
Harapku Kau masih dihormati
Sekalipun Engkau tidak di bumi
Tapi aku tetap menanti
Engkau bangkit dari mati
Tiga hari lagi…


Jul 7th, 2002

Saturday, May 25, 2002

Inilah Cinta Kasih Ilahi


Tubuh Suci terpancang ngeri
Tersalib antara langit dan bumi
Dalam diam menggema bersaksi
‘Disinilah puncak mengabdi’

Kepala Suci tunduk terkulai
Dihujam kejam mahkota duri
Beribu pedih menusuk keji
Dimana rupa mulia kini?

Tangan Suci terbujur kaku
Merentang lesu dirobek paku
Lidah penuh bisa terkelu
Menganggap karya agung berlalu

Kaki Suci menapak tertahan
Tertumbuk pasak besi kebencian
Langkah hidup terbelenggu kemarahan
Dililit temali penolakkan

Hati Kudus penuh pasrah
Ditancap galah tombak serakah
Memancar percik-percik berkah
Memuaskan hasrat dengki sedekah

Darah Indah mengalir bak permata
Jatuh menyubur tanah bumi bentala
Dalam cinta tiada pernah bertara
Direngguk kehausan rindu manusia

Mulia tetesan peluh terakhir
Mengiring sesal tangis membanjir
Menyeruak wajah sang takdir
Bersama riuh pengampun berdesir

Titik indah air mata
Kering sudah di wajahNya
Menanggung luka dan lara
Sampai tak lagi ada tersisa

Diserahkan apa yang Ia miliki
Tubuh utuh setulus hati
Darah murni semerbak janji
Jiwa sempurna seiring bakti

Dilepaskan demi dosa insani
Dibiarkan semua terjadi
Lihatlah segala di bumi
Inilah Cinta Kasih Ilahi

May 29th, 2002

Thursday, April 4, 2002

Pelangi Surga

Terpekur dalam keheningan pagi
Kupandangi seuntai pelangi
Membumbung dalam lengkung serasi
Menyambung tanah Surga dan bumi

Selendang lembut merona hati
Membalut luka-luka dengki
Membungkus kepicikan diri
Membungkam kebebalan caci

Pelangi menghujam kalbu
Masuk dalam hirupan nafsu
Meluncur bias-bias rindu
Antara Engkau dan aku

Sapuan warna melintas mega
Melukis alam mempesona
Bagai halus bisikan cinta
Mengalir mesra tak terkira

Memburu hasratku melaju
Mulai titik yang kutuju
Mencari sampai sudut penjuru
Batas akhir tiada kutemu

Lagi kutatap awan berpendar
Menarik pelangi pergi memudar
Perlahan aku bangun tersadar
KasihNya masih terus memancar

Pelangi pagi nan indah
Terdorong surya merekah
Tiba sudah saat berserah
Satu hari ke dalam pasrah



-4 Apr 02-