Sunday, August 31, 2003

Cawan Hidup


Kau sodorkan cawan kosong padaku
untuk kubawa dalam nafas hidupku
Aku memandangnya dengan saksama
ketika Engkau mengisi cawan itu

Aku lahir menggenggam cawan
Empedu yang membuatku menangis
Meski cawan itu tak penuh
aku harus meminumnya

Satu dua teguk aku mencoba
masih bisa kutahan pahitnya
Tiga empat teguk aku bersabar
berusaha untuk tidak menolak

Makin banyak hari kulalui
makin terasa pahit di mulutku
Tegukan-tegukan berikutnya
aku mulai berontak melawan

Namun semakin jauh aku berlari
semakin dekat cawan itu padaku
sampai aku tak kuasa lagi
menghindari isi cawan itu

Tuhan, beri aku kekuatan
untuk bisa meminum cawan hidupku
Menelan rasa pahit isinya
sampai terlihat titik dasarnya

Tuhan, beri aku kesetiaan
untuk bisa bertahan terus
Mereguk sedalam-dalamnya
sampai habis tak tersisa

Supaya ketika aku kembali padaMu
cawan itu dalam keadaan kosong
Bersih tak bernoda setetespun
Kering tak berbekas sedikitpun

dan pada saat kutersungkur di hadapanMu
Engkau berkenan mengisi cawan kosongku
dengan air anggur cinta kasihMu
sampai penuh dan meluap ke tepinya

Aug 31st, 2003

Sunday, August 24, 2003

Teman dalam Persembunyian


Kanak-Kanak Yesus,
Masa kecilMu Kau habiskan dalam persembunyian
Begitu pandai Kau sembunyikan diriMu
Sampai aku tak tahu banyak tentang masa itu
Sungguh dalam rahasia yang Kau pendam
Hingga hanya dua orang yang tahu pasti
Segala kejadian dalam hidup mudaMu.

Kanak-Kanak Yesus,
Tentu Engkau merasa kesepian dalam persembunyianMu
Mungkin Kau takut mengganggu Bunda Maria
Jadi Kau bermain saja sendirian
Mungkin Kau tak mau merepotkan Bapa Yosef
Maka Kau belajar bekerja diam-diam
Hati Kudus Kanak-KanakMu begitu lembut dan patuh
Kau biarkan diriMu kesepian dalam persembunyian
{Kanak-Kanak Yesus,
Ternyata bukan hanya pada masa lampau Engkau bersembunyi
Sekarangpun masih juga demikian
Di dalam Tabernakel, Engkau bersembunyi
Dan mungkin pula tetap kesepian}
Kanak-Kanak Yesus,
Dengan rela kupersembahkan kebebasanku
Supaya aku dapat menemani Engkau
Aku mau menjadi teman kecilMu
Bawalah aku ke tempat persembunyianMu
Agar aku dapat hidup bersamaMu saja

Aku mau menyediakan jiwaku untuk setiap perkataanMu
Aku akan memberikan ragaku untuk bermain dan bekerja bersamaMu
Aku akan mendekapMu bilamana Kau menangis
Aku akan menciumiMu bilamana Kau merasa kesepian dan tak dicintai

Kanak-Kanak Yesus, ajaklah aku masuk dalam persembunyianMu
Jika aku dapat menemaniMu, aku berharap bahagia bersamaMu
Yesusku yang manis,
Jadikanlah aku teman dalam persembunyianMu

Aug 24th, 2003

Dua Orang di Atas Perahu


Hai, senang betul hatiku!
Guru membawaku melaut
Sejuk terpaan angin lepas
Segar cipratan air alam
Elok pandangan surya petang
Sungguh girang benar rasaku
Hai…siapa sangka petaka?
Perahuku guncang kencang
Layarku tak kuat menahan
Bidukku tergenang air
Ombak bertambah garang
Gelombang makin ganas
Guru, dimanakah Engkau?

......................
Astaga, bisa-bisanya Kau tidur
Tak pedulikah bila aku binasa?
Guru...!!! Guru..!!! Ayo bangun, Guru!!!
Kau harus berbuat sesuatu
Aku mau meraup kebahagiaanku
Aku tak mau mati konyol
Aku hendak menikmati hidupku
Guru, ayo bangun!!!
Kau harus selamatkan perahu ini!
Kau harus selamatkan hidupku!
Aku jalani perahu ini susah payah
Aku bangun dengan jerih keringatku
Aku menangkan dalam adu kompetisi
Sekarang jangan Kau biarkan hancur
Guru…ayo bangun!!!
Kemewahanku pada perahu ini
Kegagahanku pada biduk ini
Kekayaanku pada kapal ini
Kalau semua hancur lebur
Bagaimana aku bisa hidup bahagia?
Guru….ayo bangun, Guru!!!




Ah, datang pula waktuku
Menyeberang danau bersama Guru
Hembusan semilir memuji Tuhan
Percikan air meluhurkan Tuhan
Cakrawala senja mengagungkan Tuhan
Segenapku menyembah pada Tuhan
Ah, gerangan bahayakah itu?
Biduk ini begitu lemah
Layarnya tercabik gelora
Akupun terhempas gemetar
Taufan menerpa menderu
Badai gemuruh menerjang
Guru, dimanakah Engkau?

..................................
Astaga, Kau tidur di buritanku?
Pulaskah Engkau pada tilamku?
Bisa sungguh lelapkah Engkau?
Ingin kubangunkan diriMu
Namun tak sampai hatiku menggapai
Aku tahu Engkau sangat lelah
Aku tahu Kau ingin istirahat sejenak
Ah, Guru, tidurlah!
Aku yakin Kau akan terbangun
Bila memang sudah saatnya nanti
Kau akan redakan semua ini
Kalau memang aku harus binasa
Biarlah terjadi demikian
Hidupku ada dalam tanganMu
Aku binasa dengan Engkau di dalamku
Tentu aku bahagia bersamaMu
Kini, tidurlah, Guru…
Aku percaya padaMu
Biarlah petaka ini menghajarku
Aku tahu Kau pasti bangun

Bila tiba saatnya nanti

Aug 24th, 2003