Friday, August 31, 2001

Thomas Bertutur


Di sinilah aku,
Thomas, dalam hasrat keduniawian
mengenangkan kembali masa laluku
sembari ditemani malam dan kesendirian

Sampai kini aku tak mengerti
kenapa Manusia itu menunjuk aku
bergabung dengan sebelas yang terpilih
mengiring langkah-langkahNya
padahal kemarin,
Ia bersembah sujud kepada Tuhan
semalam-malaman

Heh, kurasa Dia salah pilih
Dia tidak tahu siapa aku
Aku ini orang yang keras, tidak seperti Yohanes
Aku tak mudah percaya tanpa bukti autentik,
lain dari si Batu Karang
Aku juga pemberontak, berbeda dengan Andreas
Pasti Dia salah pilih!
Tapi keingintahuanku membungkam mulutku
aku diam dan kuturuti saja kemauanNya
mungkin Dia lebih pintar dari aku!

Lalu,…
kukenang ketika itu
Lazarus yang dikasihiNya meninggal,
tapi Dia begitu acuh
Dia bilang “Lazarus, saudara kita, telah tertidur!”
Edan!

Dia malah bilang kalau Dia akan membangunkan Lazarus dari tidurnya
Padahal Dia sendiri yang mengatakan Lazarus sudah mati
Edan benar Orang ini!!!
Aku tak mengerti
PernyataanNya tak masuk akal
jadi kutanggapi saja dengan sewot
“Marilah kita pergi juga untuk mati bersama-sama dengan dia”
Hari itu, sungguh aku tak tahu
bagaimana bisa orang bangkit dari matinya
Lazarus yang sudah berhari-hari di dalam kubur
berjalan dengan tegap, keluar dari makam
menghirup sekali lagi udara hidup
Mujizat yang semacam itu,
belum pernah aku lihat
belum pernah aku dengar
benar-benar aku tak mengerti
Aku sangsi,
Jangan-jangan benar Dia Putera Tuhan
seperti yang Dia bilang berkali-kali

Makin lama kuikuti jejakNya
makin gila aku merasa
Semua yang dilakukanNya
tak tergapai kekuatan manusia

Masih terkenang dibenakku,
hari itu, Kamis malam…
Sungguh aku tak menyangka
itu ternyata malam yang terakhir
aku menyertai kehidupan duniaNya
Kami bersantap semeja menjelang Paska
Dia bilang roti dan anggur itu
adalah Tubuh dan DarahNya
Dalam hati aku bertanya,
bagaimana hal itu bisa?
Dia memandang kepadaku
tanpa bicara sepatah katapun

Lalu…
Dia berlutut di hadapanku
membasuh kakiku
padahal Dia itu Guruku!
Sekali lagi aku hendak berontak
tapi sentuhan cinta dari kedua tanganNya
lagi-lagi membuatku terkelu
Dia itu Guruku!
Tak pantas Dia berbuat demikian
Aku cuma bisa diam,
sambil menerka apa lagi rencanaNya

Lantas Manusia itu berkata
Ia akan pergi ke rumah Bapa
Ia akan datang kembali
membawa kami ke tempatNya

Guruku yang satu ini
tak pernah berhenti berteka-teki
memaksaku untuk terus berpikir
bagaimana bisa!??
“Tuhan, kami tidak tahu kemana Engkau pergi, jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?”
Tapi Dia menjawab
“Akulah jalan kebenaran dan hidup
tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa,
kalau tidak melalui Aku”
Hanya sebuah tanda tanya di kepalaku
tanda tanya yang amat besar
kuharap Dia memberi penjelasan
tapi Dia malah menanggapi Filipus

Lalu….
~ Thomas memandang ke langit hitam ~
Ah, aku tak ingin mengingatnya
Kejadian sesudahnya begitu mengerikan
sedih, tragis, bengis, ironis
membuatku meringis dan menangis
Aku tak tega melihat penyiksaanNya
Ia mati,…
maka akupun lari meninggalkanNya
toh, aku tak pernah mengerti akan diriNya
aku merasa tak berguna lagi
jadi aku pergi menyendiri
sampai Paska terlewati

Ketika kami, murid-muridNya berkumpul lagi
teman-teman mengatakan mereka melihat Tuhan
namun aku masih tetap Thomas yang dulu
Thomas si Tukang Berontak
“Sebelum aku melihat bekas paku pada tanganNya dan sebelum aku mencucukkan tanganku ke dalam lambungNya….
Sekali-kali aku tidak akan percaya!”

Lantas mereka marah,
mereka kesal denganku
aku tak peduli…

Tapi mungkinkah itu terjadi?
Bukankah Ia pernah membangkitkan Lazarus?
Bukankah Dia Anak Allah?
Tentu saja Dia bisa bangkit dari mati!

Aku terapung antara percaya dan tidak
Cuma satu hal yang dapat membuatku percaya
Kalau saja aku melihat Guru dengan mataku sendiri

Delapan hari kemudian,
Aku masih di tempat yang sama
Pintu semakin rapat terkunci
Kami semua bersembunyi
dalam kegelapan di hati

Tiba-tiba ada cahaya terang memancar
Seseorang berdiri di tengah-tengah kami
Sosok itu membuatku hampir pingsan
- itu Tuhan!!!-
Aku terjatuh berlutut

Dalam kesucian yang amat luar biasa
Ia memandangku yang terperangah
“Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tanganKu, ulurkan tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah”

Aku menjadi amat terpesona
melihat kharisma yang terpancar
Dengan pertolongan Roh KudusNya
aku mengulurkan tanganku perlahan-lahan

Luka-luka itu masih terlihat segar dan merah
ketika aku memegang lubang di tangan, kaki dan lambungNya
Aku tersadar, Ia sungguh nyata
Spontan, kukecup luka-luka itu dengan lembut
Ia tersenyum padaku
Sungguh Ia Tuhan, sungguh Ia Allah

“Ya Tuhanku dan Allahku!”
Akupun tersungkur pada kedua kakiNya

menangis dihadapanNya
- Ya ampun, aku telah melihat Tuhan -

Imanku yang kecil dan terkunci
kurasakan menjadi terbuka
Semua teka-teki yang aneh
seolah mampu kumengerti
Tanpa kata namun dengan iman
aku kini percaya penuh
semua yang telah Ia ajarkan

~Thomas menghela nafas panjang~

Kuharap para pengikut Kristus
tidak lagi memiliki iman yang tumpul
Kuharap sekali lagi
yang berani menyebut diri
Pengikut Kristus sejati
berbahagia karena percaya
sekalipun tidak melihat
seperti yang Ia sabdakan sendiri

Di sinilah aku,
Thomas yang disebut Didimus.
Kembar, kepercayaan dan kesangsian


Aug 31st, 2001

No comments:

Post a Comment