Pada panjang jalan salibku Kaulingkupi aku Pemimpin di depan Sahabat di samping Penjaga di belakang
Tak pernah kutahu Mana puncak jalanku Namun kadang kumengerti Kalau aku sedang berhenti
Pada Engkau di depanku Kucoba ikuti langkah itu Menapak kakiku pada bekas tapakMu Meraba kecil kakiku pada besar lubangMu Merasakan halusnya batu dan kerikil yang telah Kau injak masuk ke dalam bumi Tak lepas mataku memandang pada goresan tebal salibMu Melukis rute pada jalan terenak yang tinggal kususuri di atas tanah
Pada Engkau di sampingku memeluk salib serta bahuku Beritahukan aku caranya agar seimbang dan berdaya bertahan dan memikul bebannya Kulihat deras peluhMu berpadan dengan darahMu Mahkota duriMu melumpuhkanku tapi senyumMu menguatkanku “Ayo, jalan lagi…” isyaratMu Kau raup wajahku dan Kaurangkul bahuku
Pada Engkau di belakangku aku berulang kali menoleh meragu apa Kau masih besertaku bertanya pada setiaMu menjawab selalu dalam sangsiku Kauangkat pangkal salibku Kapan selesai dan usai tanyaku tak pernah Kaujawab Menghadang langkahku yang membeku Kau tunjuk jalan yang membentang pertanda aku harus terus maju tanpa minta lagi alasan karena Kau besertaku
Semoga aku tak takut bersabar bila memang harus berhenti Semoga aku tak takut berdiri bila memang harus jatuh Semoga aku tak takut bertahan bila memang harus dipaku Semoga aku berani memandang kebangkitan melalui kematian
Dan semoga aku bersyukur bahwa aku tak punya satu alasan pun meninggalkan salibku karena Engkau bersamaku